Jumat, 06 Juni 2014

Laporan PENGARUH HAMA KUMBANG BIJI (Callosobruchus chinensis) TERHADAP KACANG-KACANGAN

Laporan Praktikum SPHP


PENGARUH HAMA KUMBANG BIJI (Callosobruchus chinensis) TERHADAP KACANG-KACANGAN



Nama Anggota
1.    Nurdin
2.    Irham Maulana
3.    Sultani
4.    Seri Yanti
5.    Agustinus F Jawak







FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM BANDA ACEH
2014
I. PENDAHULUAN


1. Latar Belakang
Hama merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yangmenyerang tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Jenis hama serangga tidak hanya dijumpai di ladang ataupun di sawah, akan tetapi hama serangga dapat pula di jumpai pada bahan-bahan simpanan di gudang (Nyoman I, 2005).
Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Tribolium sp. , Sitophilus oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan lain-lain.
Coleoptera berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, yang berarti insekta bersayap perisai. Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan keras, tebal dan memiliki permukaan luar yang halus yang mengandung zat tanduk sehingga dinamakan elytra, sedangkan sayap belakang lebih tipis seperti selaput dan lebih panjang dari pada sayap depan, Mengalami metamorfosis sempurna dan Tipe mulut menggigit (Wikipedia, 2008).
2. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh hama Brochus terhadap kacang-kacangan.
morfologi serta gejala serangan yang ditimbulkannya.







II. TINJAUAN PUSTAKA



1. Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)
a. Ciri Morfologi
Salah satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang hijau di gudang adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji.Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan (Rioardi,2009)
Pada kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm, berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada bagian yang melekat pada biji. Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam perekat. (Wikipedia, 2008).
b. Sistematika
Kingdom Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, FamilyBruchidae, Genus Callosobruchus, Spesies Callosobruchus chinensis (Wikipedia, 2008)
c. Gejala serangan
Setelah imago betina bertelur, maka telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material. Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang, karena larva terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago. Setelah menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam biji (Wikipedia, 2008).
d. Pengendalian
Serangga hama Callosobruchus chinensis, dapat dikendalikan dengan caramelakukan fumigasi dan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut hitam). Musuh alaminya yang tidak lain berupa parasit parasitoid larva yaitu Anisopteromalus calandrae (Howard) dan Dinarmus basalis (Rondani) (Pteromalidae: Hymenoptera) yang biasanya juga menyerang Sitophilus sp. atau serangga lain yang tergolong bangsa kumbang. Jenis parasit tersebut biasanya menyerang kepompong. Semut juga dapat menyerang kumbang Callosobruchus chinensis dewasa, terutama yang abnormal atau yang hampir mati. Perangkap lampu atau lem dapat menangkap imago. Pengendalian di gudang dapat dilakukan dengan fumigasi (Wordpress, 2008).


















III. METEOLOGI PRAKTIKUM
1.    Tempat dan Waktu
SPHP praktiku mengenai pengaruh hama kumbang biji dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh. pada hari Rabu, tanggal 12 Maret 2014, pukul 16.00 sampai selesai.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
·         Toples
·         Kain kasa
·         Karet gelang
·         Alat tulis menulis
·         Gunting
·         Timbangan Digital
b.Bahan
·         Kumbang biji (Callosobruchus chinensis)
·         Kacang Tanah
·         Kacang Merah
·         Kacang Hijau
·         Kacang Kuning
3. Cara Kerja
1)      Sebelum melakukan pengamatan, mula-mula menimbang bahan-bahan sebanyak 100 gr yaitu: kacang tanah, kacang kuning, kacang merah, kacang merah.
2)      Kemudian memasukkan hama Kumbnag Biji (Callosobruchus chinensis) sebanyak 10 ekor kedalam toples yang telah disediakan
3)      Lalu menutup toples dengan kain atau jelbab yang telah dipotong-potong dan diikat dengan menggunakan karet gelang
4)      Selanjutnya mengamati penyusutan pengamatan pertama dilakukan setelah 3 Minngu praktikum.
5)      Setelah dilakkukan tiap Minggunya
6)      Setelah pengamatan, baru kemudian menuliskan ciri-ciri setiap specimen serangga hama.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil
4.1.1 Hasil pengamatan Susut Pada Bahan Simpanan
Tabel 1. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)
No.      Hari/Tgl           Berat Awal      Berat Akhir     Susut
1.         Senin,19-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
2.         Kamis,22-10-2009      100 gr  100 gr  0 %
3.         Senin,26-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
4.         Rabu,28-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
Grafik 1. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)
Tabel 2. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kopra (Cocos nucifera)
No.      Hari/Tgl           Berat Awal      Berat Akhir     Susut
1.         Senin,19-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
2.         Kamis,22-10-2009      100 gr  100 gr  0 %
3.         Senin,26-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
4.         Rabu,28-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
Grafik 2. Pengamatan kehilangan berat bahan pada kopra (Cocos nucifera)
Tabel 3. Pengamatan kehilangan berat bahan pada beras (Oryzae)
No.      Hari/Tgl           Berat Awal      Berat Akhir     Susut
1.         Senin,19-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
2.         Kamis,22-10-2009      100 gr  100 gr  0 %
3.         Senin,26-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
4.         Rabu,28-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
Grafik 3. Pengamatan kehilangan berat bahan pada beras (Oryzae)
Tabel 4. Pengamatan kehilangan berat bahan pada Jagung (Zea mays)
No.      Hari/Tgl           Berat Awal      Berat Akhir     Susut
1.         Senin,19-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
2.         Kamis,22-10-2009      100 gr  100 gr  0 %
3.         Senin,26-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
4.         Rabu,28-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
Grafik 4. Pengamatan kehilangan berat bahan pada jagung (Zea mays)
Tabel 5. Pengamatan kehilangan berat bahan pada tepung
No.      Hari/Tgl           Berat Awal      Berat Akhir     Susut
1.         Senin,19-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
2.         Kamis,22-10-2009      100 gr  100 gr  0 %
3.         Senin,26-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
4.         Rabu,28-10-2009        100 gr  100 gr  0 %
Grafik 5. Pengamatan kehilangan berat bahan pada tepung
4.1.2 Morfologi Hama Gudang
Gambar 35. Morfologi Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada Kacang
Hijau (Vigna radiata)
Gambar 36. Gejala Serangan Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada KacangHijau (Vigna radiata)
Gambar 37. Morfologi Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) pada Kopra (Cocos nucifera)
Gambar 38. Gejala serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) pada
Kopra (Cocos nucifera)
Gambar 39. Morfologi Kumbang beras (Sitophilus oryzae) pada Beras (Oryzae)
Gambar 40. Gejala serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) pada
Beras (Oryzae)
Gambar 41. Morfologi Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) pada
Jagung (Zea mays)
Gambar 42. Gejala serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) pada
Jagung (Zea mays)
Gambar 43. Morfologi Kumbang Tepung (Tribolium sp.) pada Tepung
Gambar 44. Gejala Serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp.) pada Tepung
4.2 Pembahasan
Presentase kerusakan biji pada kacang hijau akibat serangan Callosobruchus chinensis pada tabel dan grafik berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan. tidak terjadinya penyusutan pada bahan dikarenakan oleh beberapa faktor. Yang pertama, kumbang tidak berkembang biak sebab kumbang jantan dan kumbang betina tidak disesuaikan jumlahnya. Yang kedua, karena usia kumbang telah mendekati batas siklus hidupnya yang hanya berkisar ± 35-42 hari. Yang ketiga, kemungkinan bahan memiliki kadar air yang rendah sehingga serangga sulit untuk bertahan hidup dan akhirnya mati.
Menurut Sudarmo (2004), Faktor yang menentukan besarnya kerusakan biji akibatCallosobruchus chinensis adalah tingginya populasi yang ditentukan oleh sifat biologi yang meliputi jenis kelamin dan daur hidup.
Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, Presentase kerusakan kopra akibat kumbang Necrobia rufipes yang terlihat pada tabel dan grafik menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan. Sebagaimana kacang hijau, tidak terjadinya penyusutan pada kopra disebabkan karena faktor yang sama, yakni tidak dapat berkembang biak sebab jumlah kumbang jantan dan betina yang di abaikan, usia kumbang yang mendekati batas siklus hidup, terbangnya kumbang pada saat pengukuran berat bahan simpanan, dan tingkat kelembaban yang rendah hingga menyebabkan kematian pada kumbang. Selain dari faktor itu, jenis timbangan yang digunakan juga dapat mempengaruhi ketepatan dari penyusutan bahan simpanan. Menurut Pracaya (2004), bahwa perkembangan optimum kumbang kopra terjadi pada temperature 30o C dan kelembaban relatif 70%.
Presentase kerusakan beras akibat dari kumbang Sitophilus oryzae pada tabel dan grafik berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan.
Menurut Triharso (2004), Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31 hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis dan mutu produk yang diserang.Menurut literatur diatas, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadinya penyusutan kemungkinan diakibatkan oleh kelembaban yang rendah, mutu bahan simpanan yang tinggi yang menyebabkan kematian pada kumbang, dan usia kumbang yang mendekati batas siklus hidup serta jenis timbangan dengan ketepatan pengukuran yang baik.
Berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, Presentase kerusakan jagung akibat kumbang Sitophilus zeamays yang terlihat pada tabel dan grafik menunjukkan hasil yang sama seperti kacang hijau, kopra dan beras, yakni tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan.
Menurut Tjahjadi (2002), Semakin bertambah waktu penyimpanan, semakin besar pula tingkat kerusakan biji bahan simpanan, karena kondisi biji mengalami perubahan-perubahan suhu dan kelembaban yang memungkinkan hama gudang melakukan pengrusakan yang berpengaruh terhadap bobot bahan. Jadi seperti halnya kacang hijau, kopra, beras dan jagung, faktor kelembaban yang rendah yang dapat menyebabkan kematian kumbang, mutu bahan yang tinggi, tidak berkembangbiaknya kumbang akibat tidak seimbangnya jumlah kumbang yang bisa jadi dalam satu wadah tidak memiliki kumbang jantan atau sebaliknya ataupun minimya jumlah salah satu kumbang jantan/betina, dan usia kumbang yang mendekati batas siklus hidupnya serta ketepatan pungukuran berdasarkan jenis timbangan yang dipakai.
Presentase kerusakan tepung akibat dari kumbang Tribolium sp. pada tabel dan grafik berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan. faktor yang mempengaruhinya adalah sama dengan faktor-faktor yang menyebabkan tidak terjadinya penyusutan pada pengamatan-pengamatan sebelumnya, yakni pada kacang hijau, kopra, beras danjagung. yaitu karena usia kumbang yang mendekati batas siklus hidupnya, ketepatan pungukuran berdasarkan jenis timbangan yang dipakai, minimya jumlah salah satu kumbang jantan/betina sehingga berpengaruh pada proses kumbang dalam berkembang biak dan kelembaban yang rendah yang dapat menyebabkan kematian kumbang serta mutu bahan yang tinggi
Pada pengamatan selanjutnya, yakni pengamatan morfologi hama gudang.Diantaranya Kumbang biji (Callosobruchus chinensis) , Kumbang kopra (Necrobia rufipes) , kumbang beras (Sitophilus oryzae), kumbang jagung (Sitophilus zeamays)dan kumbang tepung (Tribolium sp) memiliki ciri morfologi yang tidak jauh berbeda, Semuanya memiliki ciri morfologi yang sama karena semuanya tergolong dalam ordo coleoptera.
Menurut Matnawy (2001), Ciri khas dari ordo coleoptera adalah sayap depan keras menanduk, sayap belakang transparan dan melipat bawah sayap depan pada saat tidak terbang, alat mulut menggigit-mengunyah, beberapa spesies memiliki moncong, bentuk tubuh dan antena bervariasi.
Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang Callosobruchus chinensis memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.
Kumbang Callosobruchus chinensis mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap depannya coklat kekuning-kuningan (Wikipedia, 2008).
Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang kopra (Necrobia refipes) memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.
Kumbang kopra (Necrobia rufipes) dengan Famili Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang, berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna clubbed atau kadang serrate atau pectinate (Triharso, 2004).
Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang beras (Sitophilus oryzae) memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan (Wordpress, 2008).
Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga mendekati hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik kemerah-merahan terang atau kekuning-kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm, moncongnya sempit dan panjang. Mempunyai antenna yang menyiku (siku-siku).Larvanya putih gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang dalam satu butir jagung (Sudarmo, 2004).
Menurut hasil pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang tepung (Tribolium sp.) memiliki bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan sayap.
Kumbang tepung (Tribolium sp) dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan, panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5 mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm (Wikipedia, 2008).
Jika tahap pencegahan serangan hama gudang sudah dilakukan tapi masih saja ada serangan maka jalan terakhir adalah mengendalikan hama gudang tersebut dengan cara Menjaga kebersihan gudang, Menjaga suhu dan kelembaban gudang dengan kisaran 25-37.5˚C dan Menurunkan tingkat kadar air bahan . Untuk pengendalian hama gudang secara alami, kita bisa menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji saga. Memang diakui bahwa daya bunuh pestisida nabati ini tidak sehebat pestisida kimia tapi jika kita peduli terhadap keamanan dan kesehatan bahan pangan maka pestisida nabati ini bisa menjadi alternatif. Memang perlu ada penelitian lebih lanjut untuk skala produksi karena selama ini penelitian-penelitian tentang efektivitas pestisida nabati dalam mengendalikan hama gudang masih skala laboratorium. Seluruh cara pencegahan dan pengendalian diatas tidak akan efektif jika dikerjakan secara parsial. Oleh karena itu sebaiknya semua cara diatas dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang optimal (Sudarmo 2004).
.









V. KESIMPULAN DAN SARAN


1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a)      Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang.
b)      Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo Coleoptera (berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, yang berarti insekta bersayapperisai ), seperti Tribolium sp, Sitophilus oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan lain-lain.
5.2 Saran
Agar dalam pelaksanaan praktikum, Kerjasama antara para praktikan dan asisten dapat lebih ditingkatkan lagi, agar kegiatan praktikum berlangsung dengan lebih efisien, dan modul praktikumnyanya seharusnya ada.











DAFTAR PUSTAKA


Matnawy H, 2001.Perlindungan Tanaman. Kanisius, Yogyakarta.
Nyoman I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia.Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Pracaya, 2004. Hama dan Penyakin Tanaman. Penebar Swadaya, Jakarta.
Rioardi, 2009. Ordo-Ordo Serangga. http :// rioardi. wordpress. com. Di akses pada tanggal 29 Oktober 2009.
Sudarmo. 2004, Pengendalian Serangga Hama. Kanisius, Yogyakarta.
Triharso. 2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjahjadi N, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanusius, Yogyakarta.
Uns.ac.id. Dasar Perlindungan Tanaman.2008.
http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm. Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Wikipedia. 2008. Curculionidae. http://id.wikipedia.org/wiki/Curculionidae. Di akses tanggal 29 Oktober 2009.
 2008. Coleoptera. http://id.wikipedia.org/wiki/Coleoptera. Di akses pada tanggal 29 Oktober 2009.
2008. Serangga. Http://id.wikipedia.org/wiki/Serangga. Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009
2008. Kumbang. http://id.wikipedia.org/wiki/kumbang. Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Wordpress, 2008. Hama tumbuhan. http://naynienay.wordpress.com/hama-tumbuhan. Diakses pada tanggal 29 oktober 2009
2008.Hama gudang.http://naynienay.wordpress.com/2008/01/30/hamagudang.
Diakses pada tanggal 29 oktober 2009



0 komentar:

Posting Komentar