Laporan
Praktikum SPHP
PENGARUH
HAMA KUMBANG BIJI (Callosobruchus chinensis) TERHADAP KACANG-KACANGAN
Nama
Anggota
1. Nurdin
2. Irham Maulana
3. Sultani
4. Seri Yanti
5. Agustinus F Jawak
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
SYIAH KUALA
DARUSSALAM
BANDA ACEH
2014
I.
PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Hama
merupakan semua binatang yang aktifitasnya menimbulkan kerusakan pada tanaman
dan menimbulkan kerugian secara ekonomis. Salah satu jenis hama yangmenyerang
tanaman adalah hama jenis serangga (Insekta). Jenis hama serangga tidak hanya
dijumpai di ladang ataupun di sawah, akan tetapi hama serangga dapat pula di
jumpai pada bahan-bahan simpanan di gudang (Nyoman I, 2005).
Hama
gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas, yakni hidup dalam bahan-bahan
simpanan di gudang. Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari ordo
Coleoptera (bangsa kumbang), seperti Tribolium sp. , Sitophilus oryzae, Callocobruchus
chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan lain-lain.
Coleoptera
berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap, yang berarti
insekta bersayap perisai. Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan
sayap belakang. Sayap depan keras, tebal dan memiliki permukaan luar yang halus
yang mengandung zat tanduk sehingga dinamakan elytra, sedangkan sayap belakang
lebih tipis seperti selaput dan lebih panjang dari pada sayap depan, Mengalami
metamorfosis sempurna dan Tipe mulut menggigit (Wikipedia, 2008).
2.
Tujuan Praktikum
Tujuan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh hama Brochus
terhadap kacang-kacangan.
morfologi serta gejala
serangan yang ditimbulkannya.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
1.
Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis)
a. Ciri Morfologi
Salah
satu serangga hama yang sangat potensial merusak biji kacang hijau di gudang
adalah Callosobruchus chinensis. Serangga hama ini disebut kumbang biji.Kumbang
Biji (Callosobruchus chinensis)
mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang membesar. Bentuk
tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya bulat telur
dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya terdapat
gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna sayap
depannya coklat kekuning-kuningan (Rioardi,2009)
Pada
kumbang jantan mempunyai ukuran tubuh 2,4 mm - 3 mm sedangkan kumbang betina
mempunyai ukuran tubuh 2,76 mm – 3,49 mm. Imago betina dapat menghasilkan telur
sampai 700 butir. Telur berbentuk lonjong agak transparan atau
kekuning-kuningan atau berwarna kelabu keputih-putihan. Panjang telur 0,57 mm,
berbentuk cembung pada bagian dorsal, dan rata pada bagian yang melekat pada
biji. Telur diletakkan pada permukaan biji dan direkatkan dengan semacam
perekat. (Wikipedia, 2008).
b. Sistematika
Kingdom
Animalia, Filum Arthropoda, Kelas Insecta, Ordo Coleoptera, FamilyBruchidae,
Genus Callosobruchus, Spesies Callosobruchus chinensis (Wikipedia, 2008)
c. Gejala serangan
Setelah
imago betina bertelur, maka telur diletakkan pada permukaan produk kekacangan
dalam simpanan dan akan menetas setelah 3-5 hari. Larva biasanya tidak keluar
dari telur, tetapi hanya merobek bagian kulit telur yang melekat pada material.
Larva akan menggerek di sekitar tempat telur diletakkan. Lama stadia larva
adalah 10-13 hari. Produk yang diserang akan tampak berlubang, karena larva
terus menggerek biji dan berada di dalam biji sampai menjadi imago. Setelah
menjadi imago, maka lubang pada biji menjadi tempat keluar imago dari dalam
biji (Wikipedia, 2008).
d. Pengendalian
Serangga
hama Callosobruchus chinensis, dapat dikendalikan dengan caramelakukan fumigasi
dan menggunakan musuh alami hama ini (Anisopteromalus calandrae dan semut
hitam). Musuh alaminya yang tidak lain berupa parasit parasitoid larva yaitu
Anisopteromalus calandrae (Howard) dan Dinarmus basalis (Rondani) (Pteromalidae:
Hymenoptera) yang biasanya juga menyerang Sitophilus sp. atau serangga lain
yang tergolong bangsa kumbang. Jenis parasit tersebut biasanya menyerang
kepompong. Semut juga dapat menyerang kumbang Callosobruchus chinensis dewasa,
terutama yang abnormal atau yang hampir mati. Perangkap lampu atau lem dapat
menangkap imago. Pengendalian di gudang dapat dilakukan dengan fumigasi
(Wordpress, 2008).
III.
METEOLOGI PRAKTIKUM
1.
Tempat dan Waktu
SPHP praktiku mengenai
pengaruh hama kumbang biji dilaksanakan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman,
Fakultas Pertanian,Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh. pada hari
Rabu, tanggal 12 Maret 2014, pukul 16.00 sampai selesai.
2. Alat dan Bahan
a. Alat
·
Toples
·
Kain kasa
·
Karet gelang
·
Alat tulis menulis
·
Gunting
·
Timbangan Digital
b.Bahan
·
Kumbang biji (Callosobruchus chinensis)
·
Kacang Tanah
·
Kacang Merah
·
Kacang Hijau
·
Kacang Kuning
3. Cara Kerja
1)
Sebelum melakukan pengamatan, mula-mula menimbang bahan-bahan
sebanyak 100 gr yaitu: kacang tanah, kacang kuning, kacang merah, kacang merah.
2)
Kemudian memasukkan hama Kumbnag Biji (Callosobruchus chinensis) sebanyak 10
ekor kedalam toples yang telah disediakan
3)
Lalu menutup toples dengan kain atau jelbab yang telah
dipotong-potong dan diikat dengan menggunakan karet gelang
4)
Selanjutnya mengamati penyusutan pengamatan pertama
dilakukan setelah 3 Minngu praktikum.
5)
Setelah dilakkukan tiap Minggunya
6)
Setelah pengamatan, baru kemudian menuliskan ciri-ciri
setiap specimen serangga hama.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Hasil pengamatan
Susut Pada Bahan Simpanan
Tabel 1. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)
No. Hari/Tgl Berat
Awal Berat Akhir Susut
1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
Grafik 1. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada kacang hijau (Vigna radiata)
Tabel 2. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada kopra (Cocos nucifera)
No. Hari/Tgl Berat
Awal Berat Akhir Susut
1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
Grafik 2. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada kopra (Cocos nucifera)
Tabel 3. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada beras (Oryzae)
No. Hari/Tgl Berat
Awal Berat Akhir Susut
1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
Grafik 3. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada beras (Oryzae)
Tabel 4. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada Jagung (Zea mays)
No. Hari/Tgl Berat
Awal Berat Akhir Susut
1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
Grafik 4. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada jagung (Zea mays)
Tabel 5. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada tepung
No. Hari/Tgl Berat
Awal Berat Akhir Susut
1. Senin,19-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
2. Kamis,22-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
3. Senin,26-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
4. Rabu,28-10-2009 100 gr 100 gr 0 %
Grafik 5. Pengamatan
kehilangan berat bahan pada tepung
4.1.2 Morfologi Hama
Gudang
Gambar 35. Morfologi
Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada Kacang
Hijau (Vigna radiata)
Gambar 36. Gejala
Serangan Kumbang Biji (Callosobruchus chinensis) pada KacangHijau (Vigna
radiata)
Gambar 37. Morfologi
Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) pada Kopra (Cocos nucifera)
Gambar 38. Gejala
serangan Kumbang Kopra (Necrobia rufipes) pada
Kopra (Cocos nucifera)
Gambar 39. Morfologi
Kumbang beras (Sitophilus oryzae) pada Beras (Oryzae)
Gambar 40. Gejala
serangan Kumbang Beras (Sitophilus oryzae) pada
Beras (Oryzae)
Gambar 41. Morfologi
Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) pada
Jagung (Zea mays)
Gambar 42. Gejala
serangan Kumbang Jagung (Sitophilus zeamays) pada
Jagung (Zea mays)
Gambar 43. Morfologi
Kumbang Tepung (Tribolium sp.) pada Tepung
Gambar 44. Gejala
Serangan Kumbang Tepung (Tribolium sp.) pada Tepung
4.2 Pembahasan
Presentase kerusakan
biji pada kacang hijau akibat serangan Callosobruchus chinensis pada tabel dan
grafik berdasarkan hasil pengamatan di laboratorium, menunjukkan tidak adanya
penyusutan yang terjadi pada bahan simpanan. tidak terjadinya penyusutan pada
bahan dikarenakan oleh beberapa faktor. Yang pertama, kumbang tidak berkembang
biak sebab kumbang jantan dan kumbang betina tidak disesuaikan jumlahnya. Yang
kedua, karena usia kumbang telah mendekati batas siklus hidupnya yang hanya
berkisar ± 35-42 hari. Yang ketiga, kemungkinan bahan memiliki kadar air yang
rendah sehingga serangga sulit untuk bertahan hidup dan akhirnya mati.
Menurut Sudarmo (2004),
Faktor yang menentukan besarnya kerusakan biji akibatCallosobruchus chinensis
adalah tingginya populasi yang ditentukan oleh sifat biologi yang meliputi
jenis kelamin dan daur hidup.
Berdasarkan hasil
pengamatan di laboratorium, Presentase kerusakan kopra akibat kumbang Necrobia
rufipes yang terlihat pada tabel dan grafik menunjukkan tidak adanya penyusutan
yang terjadi pada bahan simpanan. Sebagaimana kacang hijau, tidak terjadinya
penyusutan pada kopra disebabkan karena faktor yang sama, yakni tidak dapat
berkembang biak sebab jumlah kumbang jantan dan betina yang di abaikan, usia
kumbang yang mendekati batas siklus hidup, terbangnya kumbang pada saat
pengukuran berat bahan simpanan, dan tingkat kelembaban yang rendah hingga
menyebabkan kematian pada kumbang. Selain dari faktor itu, jenis timbangan yang
digunakan juga dapat mempengaruhi ketepatan dari penyusutan bahan simpanan.
Menurut Pracaya (2004), bahwa perkembangan optimum kumbang kopra terjadi pada
temperature 30o C dan kelembaban relatif 70%.
Presentase kerusakan
beras akibat dari kumbang Sitophilus oryzae pada tabel dan grafik berdasarkan
hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang
terjadi pada bahan simpanan.
Menurut Triharso
(2004), Siklus hidup hama ini sekitar 28-90 hari, tetapi umumnya selama ± 31
hari. Panjang pendeknya siklus hidup hama ini tergantung pada temperatur ruang
simpan, kelembapan di ruang simpan, dan jenis dan mutu produk yang
diserang.Menurut literatur diatas, maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadinya
penyusutan kemungkinan diakibatkan oleh kelembaban yang rendah, mutu bahan
simpanan yang tinggi yang menyebabkan kematian pada kumbang, dan usia kumbang
yang mendekati batas siklus hidup serta jenis timbangan dengan ketepatan
pengukuran yang baik.
Berdasarkan hasil
pengamatan di laboratorium, Presentase kerusakan jagung akibat kumbang
Sitophilus zeamays yang terlihat pada tabel dan grafik menunjukkan hasil yang
sama seperti kacang hijau, kopra dan beras, yakni tidak adanya penyusutan yang
terjadi pada bahan simpanan.
Menurut Tjahjadi
(2002), Semakin bertambah waktu penyimpanan, semakin besar pula tingkat
kerusakan biji bahan simpanan, karena kondisi biji mengalami
perubahan-perubahan suhu dan kelembaban yang memungkinkan hama gudang melakukan
pengrusakan yang berpengaruh terhadap bobot bahan. Jadi seperti halnya kacang
hijau, kopra, beras dan jagung, faktor kelembaban yang rendah yang dapat
menyebabkan kematian kumbang, mutu bahan yang tinggi, tidak berkembangbiaknya
kumbang akibat tidak seimbangnya jumlah kumbang yang bisa jadi dalam satu wadah
tidak memiliki kumbang jantan atau sebaliknya ataupun minimya jumlah salah satu
kumbang jantan/betina, dan usia kumbang yang mendekati batas siklus hidupnya
serta ketepatan pungukuran berdasarkan jenis timbangan yang dipakai.
Presentase kerusakan
tepung akibat dari kumbang Tribolium sp. pada tabel dan grafik berdasarkan
hasil pengamatan di laboratorium menunjukkan tidak adanya penyusutan yang
terjadi pada bahan simpanan. faktor yang mempengaruhinya adalah sama dengan
faktor-faktor yang menyebabkan tidak terjadinya penyusutan pada
pengamatan-pengamatan sebelumnya, yakni pada kacang hijau, kopra, beras
danjagung. yaitu karena usia kumbang yang mendekati batas siklus hidupnya,
ketepatan pungukuran berdasarkan jenis timbangan yang dipakai, minimya jumlah
salah satu kumbang jantan/betina sehingga berpengaruh pada proses kumbang dalam
berkembang biak dan kelembaban yang rendah yang dapat menyebabkan kematian
kumbang serta mutu bahan yang tinggi
Pada pengamatan
selanjutnya, yakni pengamatan morfologi hama gudang.Diantaranya Kumbang biji
(Callosobruchus chinensis) , Kumbang kopra (Necrobia rufipes) , kumbang beras
(Sitophilus oryzae), kumbang jagung (Sitophilus zeamays)dan kumbang tepung
(Tribolium sp) memiliki ciri morfologi yang tidak jauh berbeda, Semuanya
memiliki ciri morfologi yang sama karena semuanya tergolong dalam ordo
coleoptera.
Menurut Matnawy (2001),
Ciri khas dari ordo coleoptera adalah sayap depan keras menanduk, sayap
belakang transparan dan melipat bawah sayap depan pada saat tidak terbang, alat
mulut menggigit-mengunyah, beberapa spesies memiliki moncong, bentuk tubuh dan
antena bervariasi.
Menurut hasil
pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang Callosobruchus chinensis memiliki
bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata
majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan
sayap.
Kumbang Callosobruchus
chinensis mempunyai moncong yang pendek dan femur tungkai belakang yang
membesar. Bentuk tubuh kumbang dewasa kebanyakan bulat atau lonjong. bentuk tubuhnya
bulat telur dengan bagian kepalanya yang agak runcing. Pada sayap depannya
terdapat gambaran gelap yang menyerupai huruf U dan pronotumnya halus. Warna
sayap depannya coklat kekuning-kuningan (Wikipedia, 2008).
Menurut hasil
pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang kopra (Necrobia refipes) memiliki
bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata
majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan
sayap.
Kumbang kopra (Necrobia
rufipes) dengan Famili Cleridae memiliki ciri-ciri bentuk tubuh memanjang,
berwarna cemerlang, pronotumnya lebih sempit dari kepala, memiliki antenna
clubbed atau kadang serrate atau pectinate (Triharso, 2004).
Menurut hasil
pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang beras (Sitophilus oryzae) memiliki
bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata
majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan
sayap.
Kumbang beras
(Sitophilus oryzae) dewasa berwarna coklat tua, dengan bentuk tubuh yang
langsing dan agak pipih. Pada bagian pronotumnya terdapat enam pasang gerigi
yang menyerupai gigi gergaji. Bentuk kepala menyerupai segitiga. Pada sayap
depannya terdapat garis-garis membujur yang jelas. Terdapat 4 bercak berwarna
kuning agak kemerahan pada sayap bagian depan, 2 bercak pada sayap sebelah
kiri, dan 2 bercak pada sayap sebelah kanan (Wordpress, 2008).
Menurut hasil
pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang jagung (Sitophilus zeamays) memiliki
bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata
majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan
sayap.
Kumbang Jagung
(Sitophilus zeamays) dewasa berwarna coklat kemerahan pudar hingga mendekati
hitam, dan biasanya memiliki bercak di bagian belakang dengan empat bintik
kemerah-merahan terang atau kekuning-kuningan. Panjangnya 2,5 – 4,5 mm,
moncongnya sempit dan panjang. Mempunyai antenna yang menyiku
(siku-siku).Larvanya putih gemuk dan tidak berkaki. Kadang larvanya berkembang
dalam satu butir jagung (Sudarmo, 2004).
Menurut hasil
pengamatan morfologi pada tabel, Kumbang tepung (Tribolium sp.) memiliki
bagian-bagian morfologi antara lain mempunyai Caput, antenna, alat mulut, mata
majemuk, thorax, tungkai depan, tungkai tengah, tungkai belakang, abdomen dan
sayap.
Kumbang tepung
(Tribolium sp) dewasa berbentuk pipih, oval, berwarna cokelat kemerahan,
panjang tubuhnya ± 4 mm. Telur berwarna putih agak merah dengan panjang ± 1,5
mm. larva berwarna cokelat muda dengan panjang ± 5-6 mm (Wikipedia, 2008).
Jika tahap pencegahan
serangan hama gudang sudah dilakukan tapi masih saja ada serangan maka jalan
terakhir adalah mengendalikan hama gudang tersebut dengan cara Menjaga
kebersihan gudang, Menjaga suhu dan kelembaban gudang dengan kisaran 25-37.5˚C
dan Menurunkan tingkat kadar air bahan . Untuk pengendalian hama gudang secara
alami, kita bisa menggunakan tanaman-tanaman yang berfungsi sebagai pestisida
nabati, seperti daun dan biji srikaya atau juga biji saga. Memang diakui bahwa
daya bunuh pestisida nabati ini tidak sehebat pestisida kimia tapi jika kita
peduli terhadap keamanan dan kesehatan bahan pangan maka pestisida nabati ini
bisa menjadi alternatif. Memang perlu ada penelitian lebih lanjut untuk skala
produksi karena selama ini penelitian-penelitian tentang efektivitas pestisida
nabati dalam mengendalikan hama gudang masih skala laboratorium. Seluruh cara
pencegahan dan pengendalian diatas tidak akan efektif jika dikerjakan secara
parsial. Oleh karena itu sebaiknya semua cara diatas dikombinasikan untuk
memperoleh hasil yang optimal (Sudarmo 2004).
.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
praktikum yang telah dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
a)
Hama gudang hidup dalam ruang lingkup yang terbatas,
yakni hidup dalam bahan-bahan simpanan di gudang.
b)
Umumnya hama gudang yang sering dijumpai adalah dari
ordo Coleoptera (berasal dari bahasa Latin coleos = perisai, pteron = sayap,
yang berarti insekta bersayapperisai ), seperti Tribolium sp, Sitophilus
oryzae, Callocobruchus chinensis, Sitophilus zaemays, Necrobia rufipes dan
lain-lain.
5.2 Saran
Agar dalam pelaksanaan
praktikum, Kerjasama antara para praktikan dan asisten dapat lebih ditingkatkan
lagi, agar kegiatan praktikum berlangsung dengan lebih efisien, dan modul
praktikumnyanya seharusnya ada.
DAFTAR
PUSTAKA
Matnawy H, 2001.Perlindungan Tanaman. Kanisius,
Yogyakarta.
Nyoman
I, 2005. Pengendalian Hama Terpadu dan
Implementasinya di Indonesia.Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Pracaya, 2004. Hama dan Penyakin Tanaman. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Rioardi,
2009. Ordo-Ordo Serangga. http ://
rioardi. wordpress. com. Di akses pada tanggal 29 Oktober 2009.
Sudarmo. 2004, Pengendalian Serangga Hama. Kanisius,
Yogyakarta.
Triharso.
2004. Dasar-Dasar Perlindungan Tanaman.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Tjahjadi N, 2002. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanusius,
Yogyakarta.
Uns.ac.id. Dasar Perlindungan Tanaman.2008.
http://fp.uns.ac.id/~hamasains/dasarperlintan-2.htm.
Di akses pada tanggal 30 Oktober 2009.
Wikipedia.
2008. Curculionidae. http://id.wikipedia.org/wiki/Curculionidae.
Di akses tanggal 29 Oktober 2009.
Wordpress,
2008. Hama tumbuhan. http://naynienay.wordpress.com/hama-tumbuhan.
Diakses pada tanggal 29 oktober 2009
2008.Hama gudang.http://naynienay.wordpress.com/2008/01/30/hamagudang.
Diakses
pada tanggal 29 oktober 2009
0 komentar:
Posting Komentar