Jumat, 09 Mei 2014

Sejarah Bireuenku Yang Tidak Di ketahui Orang

Bireuen merupakan ibukota salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang bernama sama. Luasan kabupaten ini adalah 1.899 km², dan merupakan hasil pemekaran dari kabupaten induknya, Aceh Utara., pada tahun 2000. Dengan jumlah penduduk sekitar 370 ribu jiwa, Bireuen terkenal dengan julukan Kota Juang dan dulu merupakan salah satu daerah basis utama Gerakan Aceh Merdeka. Selain itu, kota ini terkenal juga dengan emping melinjo dankeripik pisang-nya. Bireuen dapat dicapai dengan waktu tempuh 3-4 jam perjalanan darat dari Banda Aceh, atau 7-8 jam perjalanan darat melalui Medan.
Bireuen berasal dari bahasa Arab, yaitu Birrun, yang artinya kebajikan, dan yang memberikan nama tersebut adalah orang Arab juga, pada saat Belanda masih berada di Aceh. Kala itu, orang Arab yang berada di Aceh mengadakan kenduri (perjamuan makan atau selamatan-red) diMeuligoe (Pendopo-red) Bupati sekarang. Ketika itu, orang Arab pindahan dari Desa Pante Gajah, Peusangan, lalu mereka mengadakan kenduriKenduri itu merupakan kebijakan saat menjamu pasukan Belanda yang masuk Aceh. Orang Arab menyebut kenduri itu Birrun dan sejak saat itulah nama Bireuen mulai dikenal.
           Namun, tahukan Anda pada pada masa awal kemerdekaan RI, Bireuen pernah menjadi tempat pengasingan presiden Soekarno dan ibukota RI sementara kala itu? Peristiwa fenomenalitu terjadi pada tahun 1948, ketika pasukan Belanda melancarkan agresi militer keduanya terhadap Jogyakarta, yang kala itu menjadi ibukota RI. Dalam waktu sekejap, Jogyakarta jatuh dan dikuasai Belanda. Waktu itu, presiden pertama Soekarno yang sedang mengendalikan pemerintahan terpaksa harus memilih jalan untuk menyelamatkan bangsa. Tidak ada pilihan lain, presiden Soekarno terpaksa mengasingkan diri ke Aceh dan Bireuen adalah tempat yang dinilai paling aman.
              Soekarno hijrah ke Bireuen dengan menumpangi pesawat udara Dakota. Pesawat yang dipiloti oleh putra Aceh, Teuku Iskandar, mendarat dengan mulus di lapangan terbang sipil Cot Gapu pada Juni 1948. Kedatangan rombongan presiden di sambut Gubernur Militer Aceh,Teungku Daud Beureu’eh, atau yang akrab disapa Abu Daud Beureueh, Panglima Divisi X,Kolonel Hussein Joesoef, para perwira militer Divisi X, alim ulama dan para tokoh masyarakat. Tidak ketinggalan anak-anak Sekolah Rakyat (SR) juga ikut menyambut kedatangan presiden sekaligus PanglimaTertinggi Militer itu. Malam harinya di lapangan terbang Cot Gapu diselenggarakan Leising (rapat umum-red) akbar. Presiden Soekarno dengan ciri khasnya, berpidato berapi-api, membakar semangat juang rakyat di Keresidenan Bireuen yang membludak di lapangan terbang Cot Gapu. Masyarakat Bireuen sangat bangga dan berbahagia sekali dapat bertemu muka dan mendengar langsung pidato presiden Soekarno tentang agresi Belanda 1947-1948 yang telah menguasai kembali Sumatera Timur, dikenal sebagai Sumatera Utara sekarang.
Selama seminggu Presiden Soekarno berada di Bireuen, aktivitas Republik dipusatkan di Bireuen. Beliau menginap dan mengendalikan pemerintahan RI di rumah kediaman Kolonel Hussein Joesoef (Meuligo Bupati Bireuen sekarang), Panglima Divisi X Komandemen Sumatera, Langkat dan tanah Karo. Jelasnya, dalam keadaan darurat, Bireuen pernah menjadi ibukota RI ketiga, setelah jatuhnya Yogyakarta ke dalam kekuasaan Belanda. Sayangnya catatan sejarah ini tidak pernah tersurat dalam sejarah kemerdekaan RI.
          Selama seminggu Presiden Soekarno berada di Bireuen, kemudian bersama Gubernur Militer Aceh Abu Daud Beureueh berangkat ke Kutaradja, sekarang dikenal sebagai Banda Aceh. Di Kutaradja, Gubernur Milter Aceh mengundang seluruh saudagar Aceh di Hotel Aceh dan menyampaikan permintaan Presiden Soekarno agar rakyat Aceh menyumbang dana bagi pembelian pesawat terbang untuk perjuangan Republik. Hasilnya? Indonesia berhasil membeli pesawat angkut pertama yang dinamai Dakota RI-001 Seulawah. Pesawat Dakota RI-001 Seulawah ini adalah cikal bakal berdirinya perusahaan penerbangan niaga pertama, Indonesian Airways, yang sekarang dikenal sebagai Garuda Indonesia Airways. Pesawat ini sangat besar jasanya dalam perjuangan awal pembentukan negara Indonesia. Memang diakui atau tidak, peran dan pengorbanan rakyat Aceh, atau Bireuen pada khususnya, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Republik tidak boleh dipandang sebelah mata.
1358573145723254275
Replika Seulawah RI-001 di Banda Aceh / (indonesia.is)
Itulah cerita singkat, tentang Bireuen sebagai ibukota RI ketiga, setelah Jakarta dan Jogyakarta. Meski hanya 1 minggu, namun memiliki nilai sejarah  yang tidak boleh terlupakan oleh bangsa Indonesia.
Salam

0 komentar:

Posting Komentar